28 Februari 2010


Filosofi Kebahagiaan

Saya jadi teringat dengan sahabat saya yang mengajarkan filosofi kebahagiaan, menurut beliau, “kita tidak akan merasakan kebahagiaan sebelum kita pernah merasakan pahit dan getirnya dalam menjalani hidup.” Sama halnya ketika kita merasakan nikmatnya makan sebelum kita lapar, kalau kita kenyang seenak apapun makanan terasa biasa saja terlebih jika kita dalam kondisi sakit.


Begitupun anda, dalam hidup ini jika dirundung kesedihan, ekonomi sulit, didalam keluarga atau masyarakat banyak sekali problem, sebenarnya itu pertanda bahwa kita sedikit lagi akan merasakan indahnya kebahagiaan, karena sepelik apapun masalahnya pasti ada jawaban, ada hikmahNya dibalik semua itu. Bukankah Allah SWT menjelaskan dalam surat Al-Insyirah : “ Maka dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, dan sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.” Sampai Allah SWT ingin memberikan khabar atau berita gembira kepada orang yang dilanda kesedihan, kesulitan dan kesempitan dua kali di ulang dalam firmanNya.

Kesulitan kita, kesedihan kita, dan kesempitan kita masih jauh dibandingkan dengan kesedihan dan kesulitannya para Nabi, para sidiqin, para syuhada dan para solihin. Bukankah Allah SWT menjelaskan bahwa :”Tidaklah Allah SWT membebani manusia melainkan sesuai dengan kadar kemampuannya………..,”

Kembali ke filosofi sahabat saya tadi, bahwa saya pun pernah merasakan kesedihan dan kesulitan dalam menjalani hidup ini, dan alhamdulillah Allah SWT menolong saya sampai saat dan detik ini karena saya berpikir hidup ini adalah pergantian dan perputaran, semakin malam pasti akan menjelang subuh, sepanjang-panjangnya sungai pasti mengalir ke hulu dan laut.



“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,” (QS Al-Baqarah : 155)