24 Juni 2010


Kebahagiaan Spiritual


Kebahagiaan spiritual hanya bisa diperoleh dengan cara memberi atau melepaskan, berbeda dengan kebahagiaan materi didapatkan dengan cara mengejar, memperoleh dengan sekuat tenaga dan pikiran agar tercapai tujuan materi yang dimaksud. Apakah seseorang akan mendapatkan kebahagiaan hakiki jika yang dikejar adalah harta, kekuasaan dan pengakuan status? Jawabannya ada pada hati kecil anda. Apakah kita akan bahagia jika mendapatkan harta saru trilyun rupiah, rumah mewah, kedudukan yang tinggi dan popularitas di masyarakat? Saya pikir jawabannya juga ada pada hati kecil anda. Seorang koruptor yang memiliki harta milyaran rupiah belum tentu bahagia, seorang artis yang terkenal popularitasnya belum tentu bahagia. Karena sudah terbukti mereka tidak bahagia. Padahal mereka sekuat tenaga, pikiran, jiwa dan raganya dicurahkan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, alhasil tujuan yang mereka dapatkan ternyata bukan membahagiakan dirinya. Jadi, jawabannya ada pada kebahagiaan spiritual yaitu kebahagiaan yang hanya dirasakan oleh orang-orang yang suka memberi atau melepaskan aksesoris kehidupan dunia dengan ikhlas karena yang dituju adalah Allah SWT.

Ada pelajaran yang saya dapatkan dari ibu mertua saya, beliau memiliki tujuh cucu. Ada kebiasaan yang sangat baik yang sebelumnya saya tidak pernah tahu apa maksud tujuan yang dilakukannya, yaitu kebiasaan memberikan sesuatu kepada ketujuh cucunya, entah itu makanan, pakaian atau mainan untuk cucunya. Beliau mendapatkan dana melalui hasil usahanya yaitu catering masakan, dari ketujuh cucunya semua dibelikan sepeda mini, kadang pakaian ketika cucunya merayakan milad. Padahal, waktu itu cucunya pernah bilang bahwa uang hasil usaha neneknya sebaiknya di tabung untuk bisa berangkat haji, saya pun menyarankan seperti itu, tetapi ibu mertua saya tetap melakukan kebiasaannya yaitu memberi. Waktu saya mengajak diskusi dengan beliau ada pernyataan yang tak akan pernah saya lupakan, kalimat itu sama persis dengan apa yang dikatakan ibu saya saat itu, beliau mengatakan :”apa yang mbah lakukan untuk cucu mbah adalah kebahagiaan, rasa sayang dan cinta. Dulu, ketika mbah belum punya cucu, kebahagiaan itu ada pada anak dengan mendidik dan membesarkan.” Subhanalloh, jika semua orang di muka bumi memiliki rasa cinta dan kasih sayang yang terjadi adalah kedamaian, tidak akan ada perselisihan karena semua memberi, memberi tidak harus dengan yang besar atau materi tetapi dengan kepedulian terhadap sesama merupakan ladang ibadah buat kita. Rumus alam semesta adalah memberi, contohnya matahari memberikan cahayanya, tumbuhan memberikan oksigennya dan sebagainya

Pengalaman kebahagiaan spiritual tidak akan pernah kita dapatkan jika kita belum bisa memberikan sesuatu. Sejatinya kita bukan terletak dari apa yang kita dapat tetapi dari apa yang kita berikan.

salam,
Bang Udin

Label: