07 Juni 2012

Mujahidah: Fatimah binti Khathab, Adinda Al-Faruq (2)

REPUBLIKA.CO.ID, Mendengar adik perempuan yang disayanginya telah masuk Islam, Umar marah besar. Dengan emosi dia urung menemui Muhammad, mengalihkan kakinya menuju kediaman Fatimah.

Mendekati rumah Fatimah, Umar mendengar alunan ayat-ayat Alquran. Rupanya, pasangan suami istri ini sedang belajar mengaji, dan hapalan Quran kepada Khabab bin Al-Arats. Dari balik pintu, Umar mendengarkan dengan seksama suara-suara yang bersumber dari dalam rumah adiknya tersebut.

Sebelum Umar masuk ke dalam rumah, Khabab telah bersembunyi. Begitu pintu dibuka Umar berteriak, “Suara apa yang tadi aku dengar?” Sambil menyembunyikan lembaran-lembaran Quran, Fatimah mengatakan tidak ada suara apa pun.

Namun, Umar tidak percaya sehingga kakak beradik itu saling berbantahan. Lalu Fatimah menanyakan kepada kakaknya, “Ya Umar, adakah engkau mendengar sesuatu?”

Umar menjawab dengan emosi, “Demi tuhan, aku telah mendengar kabar bahwa kalian telah mengikuti ajaran Muhammad!”

Jawaban Umar diikuti dengan pemukulan terhadap adik iparnya. Fatimah berusaha menghalangi suaminya, namun pukulan serupa mendarat di wajahnya sehingga mengeluarkan darah. Untuk menghindari kemurkaan yang lebih dahsyat dari Umar, Fatimah dan suaminya pasrah mengakui, kalau keduanya telah beriman kepada Allah SWT, dan mengakui Muhammad SAW sebagai Rasulullah.

Darah yang mengucur di wajah Fatimah menyadarkan Umar. Emosinya mulai reda, lalu berkata, “Berikan kepadaku lembaran yang kalian baca tadi agar aku dapat melihat apa yang dibawa Muhammad sehingga membuat adikku mengikutinya!”

Fatimah menjawab, “Kami takut engkau akan bersikap kasar terhadap Muhammad.”

Umar berjanji atas nama berhalanya tidak akan marah, dan setelah membaca akan mengembalikan lagi tulisan itu kepada Fatimah.

Fatimah menjawab keinginan kakaknya dengan cerdas dan bijak. “Wahai saudaraku, sesungguhnya engkau najis karena kesyirikanmu sedangkan lembaran ini tidak boleh disentuh, kecuali oleh orang-orang suci. Karenanya, mandilah terlebih dahulu sebelum menyentuh lembaran ini.”


Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Susie Evidia